Pages

May 12, 2013

NOSTALGIA PUISI

PAGI

Pagi ini bukan pagi yang akrab asing tetap ku tapaki
rahasia kehidupan nanti
masih tak terkuak
Sedangkan pagi yang kukenal
Bagai mimpi semalam
samar-samar hilang
lalu datang kembali
atas nama kenangan indah
nikmat nian...
saat terputar ulang
hanya kenangan kekal
tak dapat dirasuki tuk keduakalinya dijalani
pagi yang dulu
semua lambaikan tangan untukmu
pagi yang ini
semua menyapamu
dengan warna warni di kampas pagi
sebagai penyongsong awal hari
seberubah pagi pun
kaki tetap menapaki
Sampai jiwa terbang dari raga
dan hidup abadi
di setiap kenangan pencinta

5 Desember  2004


Selamat Tinggal

Rerumputan bergoyang dibelai angin sore
hawa bergerak yang tak nampak
hendak kemana hai angin?
Nyiur ikut melambaikan daunnya
Ia telah lewat
itu yang dirasa
menerobos tubuhku\mengisyaratkan keberlaluannya
selalu bergerak mneruskan pengembaraan

5 Desember 2005



Pelajarilah

Mentari terbit dan terbenam
Bunga mekar lalu layu
Bumi dimandikan hujan
Dunia berwarna warni
Air mengalir , meresap, membeku
Sadarilah!
mereka sebagian peta kehidupan
tak ada yg tak didapat darinya
bacalah alam ini!
Baca..baca...baca!

5 Desember 2005





 Perbandingan

Raut wajah menjijikkan
senyuman merekah menyejukkan
Perbandingan yang tak samar lagi
Aku besar penuh kantong lemak
Dia sempurna bagi kaum hawa
Buruk di pihakku
buruk tetap di pihaknya
bagiku
hanya bagiku

21 Januari 2005




Tak Ada Untaian Kata Terujung

Terulang di cerita sejalan
Tanpa sebuah argumenpun
Tertinggal deretan titik tanya
Tak terjawab
Terlukai coretan kekal
Tiap jengkal hari
Terkadang jatuh
Tegang dan terbang
Tunggui masa pelarianku
Tapi tak kan ada akhir
Tidak pula untaian kata terujung
Tetap dan teruskan titik tanya

Hingga tercipta karya dipengembaraan hidup
Dustalah kalimat terakhirku
12 T, H dan D
10 Dzulhijjah 1425








Bagian 2


2


Sayup-sayup kumandang adzan magrib membuat Lori segera mengingatkanku sholat berjamaah di mesjid terdekat, itulah yang aku sukai darinya, ia disiplin terhadap kewajibannya sebagai seorang muslim. Sejak kuliah tingkat kedua aku sering memperhatikan Lori dengan temanku di kantin kampus, ya fakultas Lori dan aku memang bersebalahan. Aku kuliah mengambil jurusan HI dan Lori mengambil sastra Inggris. Lori sosok perempuan yang misterius, berkali kali aku meminta no Hp nya lewat temanku Gilang, tapi aku tetap tidak berhasil. Akhirnya aku mencoba menarik perhatiannya lewat jejaring sosial, tapi nampaknya Lori sudah punya kekasih, aku melihat foto foto Lori dengan kekasihnya di Facebook. Saat itu aku langsung lemas, seperti kehilangan harapan. Hingga akhirnya setahun kemudian saat aku tidak sengaja membuka akun facebook ku lagi, aku iseng membuka profil Lori. Pemilik nama lengkap Lorina Bahari itu sudah tidak berpacaran lagi dengan kekasihnya, kalau tidak salah namanya Jingga. Tentu saja aku langsung menghubungi Gilang dan meminta no handphone Lori tapi usaha pertamaku tidak direspon juga oleh Lori. Sampai pada suatu hari saat hari wisudaku, aku ke kampus untuk mengambil toga kemudian aku berpapasan dengan Lori di kantin sastra. Tanpa pikir panjang aku memberanikan diri menghampiri Lori.

“Eh lori kan? Temennya Gilang ya? Eh titip ini donk buat Gilang, soalnya gue dari tadi ga ketemu dia, gue sms juga gak dibales” spontan aku mengajak bicara Lori, tanganku langsung berpura pura merogoh tas mencoba mencari cari barang untuk ku titipkan pada Lori.

“hm..iya, nitipin apa ya? tadi sih Gilang masuk kelas” jawab Lori dengan tenang, ia menungguku mengeluarkan barang yang akan aku titipkan padanya sementara aku mencari-cari barang apapun yang sekiranya aku bisa berikan pada Lori untuk Gilang.

“Bentar ya aku cari dulu” ucapku sambil otakku berpikir barang apa yang akan kuberikan dan tanganku terus bergerak mencari ke dalam tas ranselku. Akhirnya aku menemukan flashdisk. Flashdisk penyelamatku hari itu. Aku segera menyerahkan flashdisk itu pada Lori, aku tidak suka dan memang tidak pandai berbasa basi jadi, setelah pertemuan itu Lori langsung pergi dan aku hanya bisa memperhatikannya berjalan menjauh menuju gedung perkuliahan.

Perasaanku saat itu begitu lega karena akhirnya aku bisa menyapa Lori secara langsung dan hal itu memberiku harapan untuk lebih dekat dengannya. Setelah pertemuan tak disengaja itu Lori yang pada awalnya masih dingin berubah menjadi lebih ramah. Aku bisa berjam-jam chatting dengannya dan  itu sangat mengasyikkan. Setelah aku lulus dan kembali ke Jakarta aku membantu mama menguruskan usaha cafĂ©nya yang sudah memiliki dua cabang di Jakarta. Selama setahun aku lebih memilih berkecimpung di dunia bisnis, aku terlalu sibuk dengan bisnisku tapi Lori tak pernah hilang dari hidupku. Kita terus berhubungan, aku semakin ingin mengenal Lori. Buatku Lori berbeda dari perempuan-perempuan lain yang pernah aku temui, dia membuatku penasaran. Bahkan sampai detik ini aku merasa ada sesuatu yang dia tutupi dibalik keceriannya, dibalik senyumannya. Dia adalah pelangi dan aku yakin pelangi seindah itu hadir setelah hujan menerpa hatinya, meski begitu aku tidak akan memaksa Lori berceriita tentang masa lalunya, itu bukan hal penting buatku, yang terpenting justru masa depan kita. Keinginanku menjadikan Lori sebagai pendamping hidup adalah hal yang sangat tepat. Semoga lamaranku di rumah baru ku ini membuat Lori semakin yakin bahwa aku serius ingin meminangnya dan telah mempersiapkan rumah ini untuk masa depan kita.

“Udah wudhunya ya?” Tanya Lori setelah aku berwudhu, mukanya berseri-seri seperti sedang merencanakan hal licik. Ternyata dia akan menyentuh tanganku agar aku berwudhu lagi, kontan aku menghindar dan Lori yang tertawa puas. Jika Ia tak sedang halangan biasanya kita sholat bersama-sama.

“Kok ngehindar si, aku peluk ya hahahah”

“Eh, eh, jangan donk, tar harus wudhu lagi nih”

“Biarin, hahah”

“Ah, Jangan-jangan, aku ga jadi ke mesjid ni, ntar telat lagi agak jauh soalnya”

“iya, iya, yaudah nggak bkal ak sentuh, belum muhrim”

Aku tertwa kecil mendengar candaan Lori dan segera berlari keluar kamar untuk pergi ke mesjid yang butuh sekitar 5 menit berjalan dari komplek perumahan ini.
Semenjak bersama Lori, hidupku semakin membaik. Saat kuliah aku jauh sekali dengan Tuhan, aku jarang sekali menjalankan sholat lima waktu, tapi sekarang Lori selalu mengingatkanku hingga aku merasa malu dan sebagai laki-laki yang akan menjadi suaminya aku ingin menjadi seorang pemimpin bagi Lori, Lori membuatku berubah menjadi sosok yang lebih baik.